Guru memiliki makna universal. Tidak sebatas yang ada di sekolah formal, guru bermakna seseorang yang mengajarkan ilmu dan menuntun kepada kebaikan, seperti guru mengaji, guru les, guru silat, ustaz, dosen, kiai, dan sebagainya. Guru tidak hanya bertugas menyampaikan ilmu, tetapi juga mendidik muridnya untuk menjadi manusia beradab.
Guru selama ini identik dengan ungkapan pahlawan tanpa tanda jasa. Namun, kenyataannya gurulah yang paling banyak memberi jasa dalam kehidupan manusia. Karena jasa guru, banyak manusia menjadi orang mulia dan terhormat. Itulah alasan Islam menempatkan guru di posisi sangat mulia.
Guru sebagai sebuah profesi memiliki banyak keutamaan, antara lain sebagaimana hadis yang menyatakan,
“Sesungguhnya Allah, para malaikat dan semua makhluk yang ada di langit dan di bumi, sampai semut yang ada di liangnya dan juga ikan besar, semuanya bershalawat kepada muallim (orang yang berilmu dan mengajarkannya) yang mengajarkan kebaikan kepada manusia.” (HR at-Tirmidzi).
Mengapa guru diposisikan sebagai profesi yang begitu mulia? Karena guru adalah seseorang yang dikaruniai ilmu oleh Allah SWT dan dengan ilmunya itu dia menjadi perantara manusia yang lain untuk mendapatkan, memperoleh serta menuju kebaikan baik di dunia ataupun di akhirat.
Namun, seorang guru hendaknya tidak membanggakan diri atas kemuliaan posisinya yang sangat boleh jadi dapat membawanya pada sikap ujub, yakni mengagumi diri sendiri yang ujung-ujungnya menimbulkan kesombongan. Allah sangat tidak menyukai hamba-hamba-Nya yang sombong, dan sebaliknya mengangkat derajat orang-orang yang senantiasa bertawadhu.
Sangat tidak dianjurkan bagi seorang guru bersikap keras, apalagi kejam terhadap murid-muridnya, sebab hal ini akan sangat berpengaruh terhadap perilaku peserta didik. Sering kali murid tidak berani jujur dengan mengatakan apa adanya ketika guru sangat keras terhadap mereka yang bersalah. Akibatnya, mereka memilih berbohong agar selamat dari kemarahan guru.
Dalam kondisi apa pun, seorang guru hendaknya selalu bersikap wajar terhadap murid-muridnya. Ia tidak perlu bersikap terlalu keras atau sebaliknya terlalu lembut.
Sikap terlalu keras bisa membuat murid tidak kreatif dan sebaliknya sikap terlalu lembut bisa membuat murid meremehkan perintah-perintah guru. Sikap terbaik seorang guru adalah yang moderat atau sesuai dengan situasi dan kondisi.